Entah
apa maksudmu membuat segitiga dalam layar presentasimu dengan sebutanku di
dalamnya. Ada namamu disana. Ketika ku tanya, yang kau maksudkan disana memang
aku. Aku tak mampu menyembunyikan senyumku, tapi aku tak mengerti ini senyuman
apa. Bahkan kau pun tak keberatan ketika ku memintamu untuk mengganti segitiga
itu dengan sebuah bentuk lain yang katanya itu bentuk hati. Sebuah “hati”
berwarna merah marun menghiasi background pohon tomat, kemudian sebuah nama kau
ketikkan. Namaku. Lalu kau ganti background pohon tomat itu dengan dengan
sebuah gambar senja, seperti pintaku. Kini layar tomat itu telah berganti menjadi
senja dengan dua nama tak dalam satu “hati”. Namaku dalam “hati” merah marun
tak bersama namamu.
Slide
lain menampilkan gambar sebuah rumah besar nan megah. Ketika ku tanya akan
tinggal dengan siapa kau disana, kau hanya menjawab “sama kamu” diikuti gelak
tawamu yang renyah. Seketika senyuman yang tak ku tahu apa artinya itu terukir
lagi di bibirku.
Senja
dalam layar dengan dua nama di dalamya telah usai. Tak kau simpan dalam memori
alat canggih itu, tapi mungkin sudah tersimpan di memorimu. Kau pun tak
menghapusnya. Kau biarkan layar senja dengan dua nama itu tetap tampil di layar
datar. Kau biarkan orang lain melihatnya. Bagiku itu adalah 100 menit yang tak
akan pernah ku lupa.
Keluar
dari ruang berpendingin itu, aku melihat sesosok yang sempat ku kagumi, dan kau
tahu. Seperti biasa, kau seolah tak suka. Kau mengejekku, tapi ekspresi wajah
dan tatapan matamu tak bisa menutupi jika kau (mungkin) cemburu. Aku hanya
tertawa sembari menuruni tangga. Entah bagaimana, kakiku terpeleset saat hendak
menuruni sebuah tangga. Seketika aku mencari sesuatu yang bisa ku genggam agar
aku tak terjatuh. Ku dapatkan tanganmu. Sederhana, kau menahanku. Sesaat,
tanganmu masih ku genggam, dan kau hanya diam. Terima kasih sudah
menyelamatkanku.
Saat
berjalan disampingku, kau sempat berkata “kayak Pangeran William sama Kate
Middleton ya”. Aku tersenyum simpul dan merespon perkataanmu dengan berkata “mana
ada Kate Middleton gendut kayak gini” seketika tawamu meledak. Tawa yang kini
begitu ku rindukan.
Mungkin
aku tak akan pernah bisa mendapatkan hatimu. “Hati” merah marun itu hanya
berisikan namaku, tanpa namamu. Tak mengapa, aku tak ingin memaksa. Kau memang
belum bisa beranjak dari masa lalumu. Aku tahu. Aku hanya ingin berbagi bahagia
denganmu tanpa harus miliki hatimu. Tak mengerti, ini tulus atau bodoh. Namun,
aku percaya jika kau memang untukku, kau akan kembali padaku disaat yang tepat
dengan dirimu yang lebih baik. Terima kasih selalu memberiku senyum itu.
No comments:
Post a Comment